Gilitrawangan-Lombok…tempat inilah yang menjadi destinasi wisataku di akhir Juli 2014. Inilah kedua kalinya saya travelling bersama seorang teman saja. Isma, dialah teman perjalananku kali ini…
Isma & Monika |
Banyak orang mengatakan travelling berdua itu tidak menyenangkan. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Saya sangat menikmati perjalanan kali ini hingga akhirnya saya pun jatuh cinta akan tempat wisata yang satu ini…love Gilitrawangan…love Indonesia…
Pantai Gilitrawangan |
30 Juli 2014 pukul 05.00 WIB..keberangkatan menuju Lombok Praya dengan menggunakan pesawat Lion Air..Harga tiket kami untuk penerbangan Jakarta-Lombok dan Lombok-Jakarta sebesar Rp 1.636.000. Beruntung mendapatkan harga tiket sebesar itu oleh karena perjalanan ini jatuh di hari libur nasional (Idul Fitri). Tak bisa dipungkiri bahwa harga tiket akan mengalami kenaikan di musim liburan. Strategi untuk menghindari harga tiket yang meningkat adalah dengan membelinya beberapa bulan sebelum tanggal keberangkatan. Pembelian tiket sudah saya lakukan 5 bulan sebelum tanggal keberangkatan.
Gilitrawangan |
Setibanya di Lombok Praya, saya dan Isma mengamati sekeliling bandara. Kami tidak mendapati adanya taksi blue bird yang menaikkan penumpang di bandara ini. Kami pun memutuskan untuk makan terlebih dahulu di bandara sambil mencari informasi dari pelayan restoran. Dari hasil pembicaraan kami dengan pelayan restoran, kami mendapatkan informasi apabila kami menggunakan jasa taksi bandara menuju pelabuhan bangsal, maka biayanya cukup besar. Kami disarankan untuk menggunakan damri hingga sampai di Senggigi kemudian dilanjutkan dengan menggunakan taksi blue bird menuju pelabuhan bangsal. Dan terbukti ini dapat menghemat biaya. Biaya damri menuju senggigi sebesar Rp 30.000. Biaya perjalanan dari Senggigi menuju pelabuhan bangsal dengan menggunakan taksi blue bird sekitar Rp 100.000
Pelabuhan bangsal…
Pelabuhan ini adalah tempat penyebrangan menuju Gilitrawangan. Untuk mencapai pelabuhan ini, kita memerlukan transportasi tambahan lain yaitu cidomo. Taksi tidak dapat mengantarkan hingga ke loket pembelian tiket kapal. Biaya cidomo dari tempat pemberhentian taksi hingga ke loket pembelian tiket kapal sebesar Rp 10.000 per orang.
Cidomo menuju pelabuhan bangsal |
Waktu tempuh pelabuhan bangsal menuju Gilitrawangan sekitar 45 menit. Pemandangan laut yang begitu indah membuat perjalanan laut ini terasa singkat dan menyenangkan. Sebelum berangkat, saya terlebih dahulu menghubungi tempat penginapan untuk dijemput di pelabuhan Gilitrawangan.
Woodstock…homestay yang menjadi tempat penginapan selama di Gilitrawangan. Setibanya di pelabuhan, kami telah dijemput oleh salah seorang pegawai penginapan yang memakai kaos bertuliskan Woodstock.
Woodstock_Janis Joplin Room |
Saya pribadi merasa puas akan homestay ini. Selain tempatnya yang bernuansa alam dan tradisional, pelayanannya juga ramah. Homestay ini memberikan kenyamanan dengan harga yang terjangkau. Informasi mengenai homestay ini dapat dilihat di www.woodstockgili.com. Booking online tanpa harus membayar uang muka dapat dilakukan melalui web ini atau melalui telp 0821 4765 5877 atau 0812 396 7744 (Ketut atau Karin). Untuk sekedar informasi…Karin adalah seorang bule yang bekerja di homestay ini…so she can’t speak Indonesian.
Kamar mandi Janis Joplin Room_Woodstock Homestay |
Hari pertama di Gilitrawangan…
Beristirahat sejenak di homestay dan kemudian keluar untuk makan siang dan menikmati suasana pantai. Jarak homestay menuju pantai tidak terlalu terlalu dekat. Butuh sekitar 10 menit untuk mencapai pantai dengan berjalan kaki. Transportasi di Gilitrawangan hanya lah cidomo dan sepeda. Jadi pilihan yang ada hanyalah berjalan kaki, menggunakan cidomo atau bersepeda.
Beach Club |
Suasana di depan Beach Club |
Beach club…tempat ini menjadi pilihan kami untuk makan siang dan menikmati suasana pantai. Harga makanan di Gilitrawangan tidak jauh berbeda dengan restoran di Jakarta. Hanya dengan ± Rp 45.000 kita sudah menikmati makan siang dengan porsi yang lumayan besar. Porsi makanan yang cukup besar ini kemungkinan dikarenakan mengikuti porsi makan bule yang cenderung lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat kita Beberapa restoran yang berada pinggir pantai menyediakan kursi pasir untuk berjemur. Tak heran maka di depan beach club ini banyak sekali turis asing yang sedang berjemur atau sekedar duduk menikmati suasana pantai. Setelah puas menikmati suasana pantai, kami pun kembali ke homestay.
Tak jauh dari Beach Club, terdapat tempat massage, Gili spa. Kondisi badan yang kurang sehat pada saat ini menggoda saya untuk menikmati tempat ini. Tarif massage di Gili Spa sebesar Rp 160.000 untuk satu jam. Cukup memuaskan…dengan membayar Rp 160.000, tubuh saya pun kembali fit. Tak ingin menghabiskan waktu liburan dengan sia-sia, kami pun menghabiskan malam dengan party di Irish Bar (tir na nog bar). Setiap rabu malam, bar ini selalu mengadakan party. Jadi tak heran kalau malam itu bar ini cukup ramai.
Hari kedua di Gilitrawangan…
Di hari kedua ini kami berencana untuk menghabiskan waktu dengan kegiatan snorkeling, Woodstock homestay menyediakan paket untuk kegiatan snorkeling. Dengan membayar Rp 100.000 kami sudah dapat bersnorkeling di 3 spot dan menyewa beberapa peralatan snorkeling (snorkel, mask, fin, life vest). Sekitar pukul 10.00 WITA kami diantar oleh salah seorang pegawai homestay ke salah satu tempat yang menyediakan fasilitas snorkeling ini. Kami dipersilahkan untuk memilih fin sesuai dengan ukuran kaki dan kemudian menunggu kapal untuk siap berangkat. Life vest, mask dan snorkel diberikan ketika sudah di dalam kapal. Awalnya kapal untuk turis asing dan turis lokal dipisahkan. Agak membingungkan memang mengapa terjadi pemisahan ini. Dan yang lebih membingungkan lagi, mengapa turis asing ini didahulukan. Saya pun mempertanyakan akan hal ini. Dari penjelasan diketahui bahawa alasan pemisahan adalah untuk mempermudah komunikasi sehingga tour guide dapat bekerja dengan maksimal. Walaupun demikian, kami meminta untuk menggunakan kapal yang sama dengan turis asing,,,dan tak jadi masalah, kami pun dipersilahkan untuk bergabung…
Bagi saya pribadi, karang dan ikan yang ada tidak terlalu membuat saya terpesona,,,karang dan ikan di lautan kepulauan seribu tidak kalah indah dibandingkan karang dan ikan yang diberikan perairan di sekitar gili…
Setelah menghabiskan waktu di spot pertama, kami dibawa ke spot snorkeling berikutnya. Di sini kami disuruh untuk mengikuti seorang guide berenang untuk melihat penyu. Sayangnya saya tak mendapati apa apa di spot kedua ini. Yang saya dapati hanya lah lautan dalam dengan ombak yang sangat besar dan disertai dengan setruman di tangan dan kaki. Kemungkinan itu adalah jellyfish. Baru kali inilah saya merasakan berenang di tengah lautan yang dalam disertai dengan gigitan jellyfish.
Selanjutnya kami berhenti di Gili Air untuk makan siang. Perlu diketahui bahwa biaya makan siang di Gili Air tidak termasuk ke dalam paket snorkeling. Harga makanan di sini tak jauh berbeda dengan harga makanan di Gilitrawangan. Tak berhenti di Gili Air, kapal pun membawa kami untuk bersnokling di spot berikutnya. Spot ketiga ini tak jauh berbeda dengan dengan spot pertama.
01 Agustus 2014
Hari ini kami memutuskan untuk meninggalkan Gilitrawangan menuju Lombok. Jam check out homestay adalah pukul 11.30. Terasa berat meninggalkan Gilitrawangan..akan tetapi perjalanan harus tetap dilanjutkan. Tidak ingin menghabiskan waktu dengan sia sia, kami pun mengitari Gilitrawangan sebelum kami meninggalkan pulau ini.
Untuk meninggalkan pulau ini kami menggunakan public boat dengan harga tiket menuju pelabuhan bangsal sebesar Rp 18.000. Tiket dapat dibeli di pelabuhan gilitrawangan.
Selama 2 hari 1 malam di Lombok, kami menginap di Beleku Senggigi Lombok. Harga penginapan di sini cukup murah. Dengan hanya membayar Rp 200.000 di musim peak season, kami sudah mendapatkan kamar AC. Contact person Baleku Senggigi Lombok : 081803600009 (www.balekulombok.com). Dari pelabuhan bangsal menuju Baleku Senggigi Lombok kami menggunakan taksi dengan biaya sebesar ±Rp 100.000. Penginapan ini memberikan free transport sepanjang Senggigi. Kita akan diantar dan dijemput apabila kita hendak menuju tempat-tempat di sekitar Senggigi.
Hari pertama di Lombok, kami hanya beristirahat di homestay dan kemudian kami ke Mataram untuk mencicipi kuliner yang terkenal…sate rembiga…sate, lontong, dan plecing kangkung di sini sangat enak dan wajib untuk dicoba. Tak heran jika sate rembiga di sini sangat ramai. Cita rasa yang nikmat dengan harga yang terjangkau membuat saya merekomendasikan sate ini.
02 Agustus 2014
Taliwang Irama |
Desa sade – sasak lombok
Desa Sade |
Di sini saya memperoleh pelajaran baru lainnya yaitu bagaimana cara membuat kerajinan tembikar. Di sini dijual berbagai macam kerajinan tembikar. Tidak ada keharusan bagi pengunjung untuk membeli kerajinan di sini. Selain melihat hasil kerajinan tembikar, saya pun mencoba untuk membuatnya sendiri. Tidak ada patokan biaya yang diminta apabila hendak membawa hasil kerajinan tangan buatan sendiri.
Desa Sukarara
Di desa ini saya diberikan kesempatan untuk mempelajari bagaimana cara menenun kain. Bagi masyarakat setempat, seorang wanita tidak dapat menikah apabila belum bisa menenun. Di desa ini selain mempelajari bagaimana cara menenun kain, kami pun diberikan kesempatan untuk menggunakan kain tenun Lombok dan pakaian adatnya untuk berfoto. Tidak ada biaya yang kami keluarkan di sini. Semuanya diberikan secara gratis.Hal ini diperuntukkan untuk mempromosikan wisata daerah setempat.
Pantai tanjung aan dan pantai mandalika
Pantai tanjung aan berada di deretan pantai kuta Lombok. Keindahan pantai ini membuat saya dan Isma tidak tahan untuk menikmati air lautnya tidak peduli walaupun sinar matahari siang menghitamkan tubuh kami. Pantai ini memeliki dua jenis pasir yang berbeda. Di satu sisi, pasir pantainya begitu halus, sementara di sisi lainnya pasir pantai menyerupai merica. Setelah pantai tanjung aan, kami pun melanjutkan perjalanan menuju pantai mandalika. Pantai mandalika tak jauh dari tanjung aan, Pantai mandalika ini terkenal dengan legenda putri mandalika.
Penerbangan Lombok- Jakarta pada pukul 20.30 tanggal 2 Agustus 2014 mengharuskan kami untuk segera menuju bandara dan mengakhiri perjalanan wisata kali ini. Gili trawangan-Lombok memberikan cerita baru dan pertemanan yang baru. Eric Lauzier…my new friend…met him July 31st July 2014 @Gilitrawangan..